The Blog

Dihadiri Konsulat Jenderal Republik Rakyat Tiongkok (Konjen RRT) dari  Surabaya, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri akan mengadakan talkshow, Tantangan Belajar di Negeri China, Selasa (13/08/2019) di aula rektorat lantai 4 IAIN Kediri. Sebagai pembicara adalah Nurwidiyanto Tanfidziyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok, Khoirul Umam Hasby dari Huazhong University, Erlina Anggraini dari Northeast Normal University.

Rektor IAIN Kediri, Nur Chamid dalam sambutannya mengatakan, para peserta talkshow yang hadir harus banyak belajar dari para narasumber, dan semoga mahasiswa yang ingin bergabung ke Universitas China keinginannya dapat terlaksana.

Senada dengan Rektor IAIN Kediri, Wahidul Anam, Wakil Rektor III IAIN Kediri menyampaikan, para peserta harus banyak belajar dari narasumber karena mereka sudah pernah menempuh pendidikan di China. “Terima kasih atas kehadiran Konjen Republik Rakyat Tiongkok, dan terima kasih atas kesempatan dari PCINU Tiongkok yang berkenan hadir memberikan informasi tentang bagaimana pendidikan di Tiongkok, terutama bagi mahasiswa Islam,” kata Wahidul Anam di depan para peserta talkshow.

Perwakilan Konjen RRT menyampaikan, selamat atas diresmikannya Tiongkok Corner di IAIN Kediri dan mengapresiasi kegiatan talkshow, dan berharap acara ini berjalan dengan lancar. Dalam sambutannya dia mengatakan, tahun kemarin nilai perdagangan Tiongkok dan Indonesia mencapai 77,4 miliar dolar AS. “Ini memang nilai yang besar, Tiongkok telah menjadi mitra dagang terbesar bagi Indonesia,” katanya di aula rektorat IAIN Kediri.

Dia menambahkan, kunjungan wisatawan asing Tiongkok di Indonesia juga membuat rekor baru, dan saat ini ada 15.000 orang pelajar Indonesia di Tiongkok. “Tiongkok sudah menjadi negara rujukan ke dua bagi pelajar Indonesia,” kata perwakilan Konjen RRT dari Surabaya.

Masih menurut Konjen RRT, belajar di luar negeri akan menemukan perbedaan budaya (culture shock), namun hal tersebut membuat kita lebih cepat dewasa dan berkembang dan bisa memandang dunia semakin luas. “Saya pernah belajar di Universitas Indonesia selama satu tahun, 15 tahun yang lalu, dan pengalaman ini cukup menguntungkan saya seumur hidup.” Dia merasa Tiongkok dan Indonesia memiliki banyak persamaan, sama-sama dari negara timur yang sedang berkembang, memiliki sejarah yang panjang dan sama-sama suka makan nasi putih. Dia (Konjen RRT) merasa pelajar Indonesia di Tiongkok tidak akan merasa begitu asing di Tiongkok.

Jumlah muslim di Tiongkok jumlahnya sekitar 25 juta orang dan di Tiongkok terdapat 40.000 masjid sebagai tempat ibadah bagi umat muslim. Hampir seluruh universitas di sana menyediakan kantin halal khusus mahasiswa muslim. “Saya juga pernah makan di sana, dan enak sekali.” Kata Konjen RRT sambil tersenyum kepada para peserta talkshow. Konjen RRT mengatakan, Tiongkok kurang tepat sekarang disebut negeri “Tirai Bambu” saat ini. Sebelum tahun 1978 Tiongkok belum mengadakan kebijakan keterbukaan dan reformasi oleh karena itu dijuluki “Tirai Bambu”. Tapi sekarang Tiongkok sudah terbuka, berkembang, dan reformasi. (as)