The Blog

Pada tanggal 20-22 Agustus 2019, Asosiasi Studi Agama-Agama Indonesia (ASAI) kembali menggelar agenda tahunannya: Konferensi dan Simposium Nasional ASAI ke-7 di hotel GreenSA Surabaya. Dengan tajuk “Agama dan Keberagaman di Era Post Truth”, para pakar studi agama-agama di Indonesia berkumpul dan membahas peran strategis studi agama-agama di tengah era yang kerap disebut sebagai era matinya kepakaran (death of expertise) dan kaburnya batas antara fakta dan fiksi (baca: hoax). Selain itu, perhelatan ini juga menjadi ajang rembuk nasional sekaligus silaturahim bagi para pengelola prodi studi-agama di perguruan tinggi keislaman di Indonesia sebagai upaya penguatan keilmuan dan kelembagaan.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, prodi SAA IAIN Kediri berpartisipasi aktif dalam simposium ASAI ke-7 ini. “Selain memperkuat jejaring, kita juga bisa belajar satu sama lain dalam pengembangan keilmuan dan kelembagaan sehingga positioning kita semakin kuat di tengah masyarakat,” kata Dr. Mohamad Arif, Kaprodi SAA IAIN Kediri yang juga pengurus teras Banser. Sebagai informasi, sejak berubah nama dari Perbandingan Agama (PA) menjadi  Studi  Agama-Agama (SAA) pada tahun 2018, prodi SAA IAIN Kediri mengalami lonjakan jumlah mahasiswa baru. Perkembangan ini tentu saja mengembirakan  dan sekaligus menjadi tantangan bagi pengelola prodi untuk semakin meningkatkan pelayanan kepada mahasiswa. Di tahun ini, elSAA (Laboratorium Studi Agama-Agama) juga sudah di-launching dan diharapkan bisa menjadi pusat pengembagan studi agama dan kompetensi mahasiswa berbasis kearifan lokal sebagaimana telah menjadi visi prodi selama ini. “Dukungan semua pihak, terutama institut dan fakultas tentu saja sangat diharapkan untuk bisa menggapai cita-cita besar ini,” tambah Dr. Arif, yang juga pengurus teras Banser ini. Simposium ASAI ke-7 ini juga menetapkan Dr. Ahmad Muttaqin untuk kembali menakhkodai asosiasi yang berdiri sejak tahun 2014 ini. Dalam sambutannya, ia mengatakan bahwa sejauh ini ASAI menunjukkan perkembangan positif dari sisi penataan, penguatan, dan pengembangan kelembagaan.  Internasionalisasi dan digitalisasi akan menjadi fokus kiprah ASAI ke depan. ‘Kita ingin ASAI menjadi asosiasi yang bereputasi dan diakui di tingkat internasional,” kata Dr. Muttaqin di akhir sambutannya. (kont.  fur)