The Blog

Intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU) Ulil Abshar Abdalla menjadi narasumber dalam simposium peringatan Hari Santri di IAIN Kediri. “Bangsa-bangsa yang kalah, akan mengutip buku-buku bangsa yang menang. Makanya sitasi bangsa yang menang bertambah terus,” ucap Ulil Abshar Abdalla di Sport Center IAIN Kediri, Selasa (22/10/2019).
Dengan mengutip keterangan dari Ibnu Khaldun,”Bangsa-bangsa yang kalah biasanya mereka akan jatuh cinta kepada bangsa-bangsa yang menang”. Dari pernyataan tersebut Ulil Abshar Abdalla menjelaskan, bangsa yang kalah bakal mengikuti tradisi dan produk-produk budaya yang dihasilkan oleh bangsa pemenang bahkan dalam dunia pemikiran sekalipun.
“Bangsa-bangsa yang menang jelas bukan bangsa-bangsa Islam,” terang Ulil Abshar dalam kegiatan Annual Symposium on Pesantren Studies dengan tema “Reaktualisasi Jihad dalam Masyarakat Prulal di Era Milenial untuk Perdamaian Dunia” yang diadakan oleh Mahad Al Jami’ah Darul Hikmah IAIN Kediri.
Menurutnya, bangsa-bangsa kalah kecenderungannya akan mengemari serta menyukai simbol-simbol, ideologi, produk intelektual, dan semua kebiasaan atau tindakan bangsa pemenang. Itulah yang menjadi tantangan santri saat ini. Kaum santri tidak boleh hanya menjadi konsumen akan tetapi harus menjadi produsen gagasan.
“Selama kita tidak menjadi produsen gagasan, maka kita akan terus menerus menjadi bangsa-bangsa yang kalah bukan bangsa-bangsa yang menang,” kata Ulil Abshar.
Lanjut Gus Ulil sapaan dari Ulil Abshar Abdalla, santri dituntut tidak hanya mengkonsumsi tetapi harus memproduksi, bukan hanya mengikuti akan tetapi juga menciptakan, agar menjadi produsen gagasan yang bermutu. Gus Ulil memberikan saran agar menjadi produsen gagasan bermutu dengan belajar ilmu di barat, bukan untuk meniru barat, tetapi dipelajari untuk dikembangkan dan menyerap ilmu yang ada di barat sebagaimana Ilmuan Muslim terdahulu menyerap ilmu dari peradaban lain seperti, Yunani, India, dan Persia.
Menurut Gus Ulil, berbicara tentang peringatan Hari Santri tidak dapat dilepaskan dari Resolusi Jihad yang merupakan sebuah resolusi untuk mempertahankan NKRI. Selain itu Gus Ulil juga mengingatkan kepada peserta peringatan Hari Santri untuk membaca tulisan dari cucu Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari, Gus Dur (Abdurrahman Wahid) yang berjudul “Pesantren sebagai Subkultur” sebagai refleksi peringatan Hari Santri. Jihad kita yang utama untuk saat ini adalah Jihad Pengetahuan,dan Jihad Pemikiran.
Kegiatan peringatan Hari Santri yang diadakan Mahad Al Jami’ah Darul Hikmah dibuka langsung Rektor IAIN Kediri, Nur Chamid. Narasumber lain dalam acara Annual Symposium on Pesantren Studies adalah Guru Besar IAIN Kediri, Fauzan Saleh dan Dosen Pascasarjana IAIN Kediri Halil Thahir.
Islam di Indonesia saat ini tengah dikepung oleh asap liberalisme, sekulerisme, dan agnostisisme. Umat Islam ditakut-takuti oleh isu Wahabi dan radikalisme.
Hal tersebut dikatakan langsung oleh Guru Besar IAIN Kediri, Fauzan Saleh. Dengan mengutip salah satu tokoh dari barat ia mengatakan, bagaimana mungkin bisa muncul Islamofobia di negeri dengan mayoritas penduduknya adalah beragama Islam. “Orang (Islam) dibuat ragu dengan kebenaran agamanya sendiri,” ucap Guru Besar IAIN Kediri. (as)