IAIN Kediri Newsroom – Sebanyak 40 mahasiswa Prodi Studi Agama-Agama IAIN Kediri berkunjung ke Pastori GKJW Jema’at Bedali di Desa Bedali, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri pada Minggu (24/09/2023) untuk pendalaman tentang dinamika masyarakat yang toleran.
Desa Bedali merupakan desa yang heterogen. Beragam agama ada di wilayah tersebut, mulai dari Islam, Kristen Protestan (GKJW dan Kristen Pantekosta), Katolik, Hindu, dan Buddha. Lestari, selaku Perwakilan GKJW menuturkan bahwa di Desa Bedali ini terdapat banyak agama yang berbeda serta tempat ibadah, yakni masjid, beberapa gereja, dan satu pura. Masyarakat sangat menjunjung tinggi perbedaan antar pemeluk agama, menjunjung tinggi nilai toleransi, serta saling bahu membahu dalam merawat kerukunan beragama. Kerukunan beragama menjadi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat.
“Jadi ketika ada kegiatan keagamaan umat tertentu, maka umat beragama yang lain turut serta membantunya, seperti ketika ada kegiatan hari raya Natal, maka umat beragama lain turut serta membantu menjaga parkir,” terang Lestari.
“Desa juga berperan penting dalam memupuk kerukunan beragama. Masyarakat secara aktif bersama-sama mengikuti kegiatan bersih desa yang rutin diselenggarakan oleh pihak desa setiap tahunnya. Semua umat beragama berkumpul menjadi satu di balai desa, kemudian tokoh agama berdoa bergantian,” tambahnya.
Selain melakukan kunjungan ke Gereja, mahasiswa Prodi Studi Agama-Agama IAIN Kediri juga berkunjung ke Pura Satya Dharma Desa Bedali, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri dalam rangka belajar dialog antar umat beragama.
Ketua Parasida Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kecamatan Ngancar Kediri, Sigit Irawan, menjelaskan bahwa Pura Satya Dharma di Desa Bedali sudah terbangun sejak sebelum era reformasi. Pura Satya Dharma aktif digunakan sebagai tempat kegiatan peribadatan oleh umat Hindu di Desa Bedali. Setidaknya terdapat 46 kepala keluarga yang memeluk agama Hindu di Desa Bedali. Oleh karena itu keberadaannya sangat penting bagi umat Hindu di Desa Bedali sebagai tempat untuk melakukan peribadatan.
“Beragam kegiatan keagamaan umat Hindu di Desa Bedali dilaksanakan di Pura Satya Dharma, termasuk di antaranya adalah pawai Ogoh-ogoh yang melibatkan beragam umat beragama di Desa Bedali. Masyarakat Desa Bedali menjaga erat toleransi dan kerukunan beragama sehingga saling membantu jika ada kegiatan keagamaan,” tutur Bapak Sigit.
Selain Sigit, hadir pula dalam kesempatan ini, Ketua Parasida Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kediri, Gundiani, serta M. Thoriqul Huda, selaku dosen pendamping dari prodi Studi Agama-Agama IAIN Kediri.
Saat berikan sambutan, M Thoriqul Huda menjelaskan bahwa dialog antar umat beragama menjadi hal penting dalam hubungan antar agama. Hal ini disampaikan dengan mengutip apa yang disampaikan oleh Hans Kung bahwa there is no world peace without the peace of religions. No peace of religions without an interreligious dialogue, and no interreligious dialogue without dives for the foundation of religions (tidak ada perdamaian dunia tanpa perdamaian agama-agama. Tidak ada perdamaian antar agama tanpa dialog antar agama, dan tidak ada dialog antar agama tanpa menyelami fondasi agama-agama).
Setelah berdiskusi, para mahasiswa untuk berkeliling pura, mempelajari beragam atribut peribadatan umat Hindu yang ada di Pura Satya Dharma.
Penulis: Maria (Kont)
Editor: Ropingi el-Ishaq