Semarang—Agama memiliki peran besar dalam mengatasi sebuah fenomena baru yang disebut Polikrisis. Fenomena polikrisis disampaikan Dora Marinova seorang profesor dari Curtin University, Perth, Australia di plenary session 1 Annual International Conference of Islamic Studies (AICIS) ke-23 di UIN Walisongo Semarang, Jumat (2/2/2024).
Menurut Dora, manusia kini berada di tengah era polikrisis dimana penuh dengan malapetaka mulai dari perang hingga krisis ikllim. Polikrisis adalah masa yang penuh perselisihan, kebingungan, atau penderitaan yang disebabkan oleh sejumlah masalah berbeda yang terjadi pada waktu yang bersamaan sehingga memiliki dampak yang sangat besar.
“Agama memiliki peran penting dalam mengatasinya,” ujar Dora.
Dia menjelaskan bahwa sederet persoalan seperti perang, perubahan iklim, polusi plastik, penyebaran bahan kimia beracun, pencemaran lingkungan, dan hilangnya keragaman hayati adalah bagian dari polikrisis.
Salah satu aspek yang juga tak kalah menonjol dari polikrisis ini adalah penurunan angka harapan hidup, terutama di negara-negara maju seperti AS, Inggris, dan Australia.
“Untuk pertama kalinya dalam sejarah spesies kita, kita melihat penurunan angka harapan hidup sehingga sejak revolusi industri, orang-orang telah hidup lebih lama. Namun dalam beberapa tahun terakhir, kita melihat penurunan harapan hidup orang-orang hidup pendek di negara-negara seperti AS, Inggris bahkan di Australia,” jabar dia.
Dora juga mengaitkan penurunan angka harapan hidup dengan gaya hidup modern yang kurang gerak, pola makan yang tidak sehat, dan masalah kesehatan mental yang semakin meningkat.
“Fakta bahwa kita menghabiskan terlalu banyak waktu untuk duduk dan bekerja dengan gawai, juga terkait dengan fakta bahwa kita mengonsumsi makanan yang mungkin bukan yang terbaik untuk kesehatan kita dan kita juga menghadapi masalah kesehatan mental,” paparnya.
Dia menekankan pentingnya peran agama dan masyarakat sipil dalam mengatasi polikrisis ini dengan menghentikan penurunan angka harapan hidup dan meningkatkan kualitas hidup.
“Dan di sinilah peran agama. Peran masyarakat sipil juga sangatlah penting. Karena jika kita ingin meningkatkan kualitas hidup, kita juga perlu menghentikan penurunan angka harapan hidup,” ucapnya.
“Manusia berhak atas lingkungan yang bersih, sehat, dan lestari. Apa yang dimaksud dengan lingkungan bersih, sehat, dan lestari bukanlah sesuatu yang disetujui semua orang, namun yang terpenting adalah semua bangsa sepakat bahwa kita perlu memperhatikan lingkungan,” tambahannya.
Forum AICIS ke-23 tahun 2024 telah memasuki hari kedua. Adapun agenda pada hari kedua AICIS 2024 diawali dengan Religious Leader Summit, pleno 1 dengan bahasan “Economic Empowerment: Theoritical and Empirical Best Practice”, sesi pararel 1, sesi paralel 2, dan wisata warisan dan budaya ke Kota Lama, Semarang.
Konferensi tahunan Kementerian Agama (Kemenag) ini mengusung tema Redefining Religion’s Roles in Addressing Human Crisis: Encountering Peace, Justice, and Human Rights.
Forum yang digelar 1-4 Februari 2024 di UIN Walisongo, Semarang ini menjadi ajang pertemuan dan bertukar pikiran yang menghadirkan para tokoh akademisi dan pemuka agama dari sejumlah negara. AICIS tahun ini memiliki 25 sesi panel yang disediakan untuk mendiskusikan isu-isu yang menjadi sub tema.
Sumber: Panitia AICIS
Narahubung:
Anna Hasbie (0811 9339 697)
Juru Bicara Kementerian Aagama RI