The Blog

IAIN Kediri Newsroom – Progam studi Studi Agama-Agama IAIN Kediri mengundang Mohammad Hilmy Baihaqy bin Haji Awang Yussof dari Universitas Islam Sultan Syarif Ali Brunei Darussalam sebagai pemateri pada kuliah umum pada Selasa (17/10/2023) pagi yang dilaksanakan di Aula Rektorat Lantai IV IAIN Kediri. Mengusung tema “Apakah agama masih relevan saat ini? Membayangkan masa depan agama di era kecerdasan buatan”, kegiatan berlangsung dengan lancar dengan para mahasiswa yang antusias mendengarkan, bertanya dan berdiskusi.

Dalam paparannya, Hilmy menyampaikan bahwasanya salah satu isu Artificial Intelligence (AI) yang hangat diperbincangkan di dunia adalah ChatGPT. ChatGPT pada prinsipnya adalah salah satu bentuk Generative Artificial Intelligence atau platfrom kecerdasan buatan berbasis teks yang penggunaannya semakin masif di kalangan masyarakat. “Ada kekhawatiran terhadap penggunaan AI (kecerdasan buatan) yang akan merusak nilai-nilai kemanusiaan jadi manusia akan digantikan dengan satu robot ataupun benda yang lebih bagus daripada manusia,” ujar Hilmy.

Adapun apabila konsep kecerdasan buatan ini dihubungkan dengan maqashid syariah, dia mengatakan tema ini sudah terintegrasi dengan negara Brunei Darussalam. “Karena ini mengawali semua keharmonian, dengan mempertahankan nyawa, mempertahankan intelektual, mempertahankan harta benda, dan mempertahankan marwah (keturunan), perlu mempertanyakan kepada diri sendiri adakah manfaat dalam penggunaan AI dalam agama, kehidupan, bahkan game yang menjadi cuan,” lanjutnya.

Hilmy juga menyampaikan bahwa banyak dari kita yang telah menemukan kemudahan dalam kehidupan, dan ini akan berkaitan dengan berubahnya moral manusia. Jadi, masalah dengan AI adalah AI tidak akan mengingatkan kita dengan berlaku jujur, AI akan memberikan informasi yang kita perlukan dan akan menjawab apa yang kita tanyakan.

“Sejauh ini adalah bagaimana kejujuran kita terhadap ilmu dalam menggunakan AI. Tidak ada kepedulian terhadap intelektual, dan melibatkan moral manusia. AI akan memberikan dampak bagi manusia tentunya kepada isu moral. Dan penggunaan AI harus ada regulasi yang tetap agar tidak terus-menerus melahirkan pelajar ataupun mahasiswa yang selalu bergantung dengan kecerdasan buatan,” tandas Hilmy.

Mohammad Arif selaku Kepala Prodi Studi Agama-Agama dalam sambutannya berharap semua mahasiswa harus bersiap menghadapi era AI secara global yang tentu tidak bisa dihindari secara realita. Dengan demikian, kuliah umum seperti ini diperlukan sebagai sarana pembahasan dan peningkatan wawasan bagi mahasiswa IAIN Kediri untuk menghadapi era AI.

Sumber: Humas IAIN Kediri
Penulis: Adinda Putri Galin Salsabila
Editor: Ropingi el-Ishaq