The Blog

IAIN Kediri Newsroom – Annual Conference of Islamic Studies (AICIS) kedua kembali digelar di Ball Room Four Point Hotel Ungasan, Bali. Dalam pembukaan yang dilaksanakan pada Selasa Malam (01/11) Muhammad Ali Ramdani selaku Direktur Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama mengajak ratusan cendekia yang hadir dari berbagai perguruan tinggi keagamaan untuk memikirkan kembali peran agama di tengah perubahan global. AICIS yang digelar di Bali ini merupakan kelanjutan dari AICIS yang digelar di UIN Mataran, Nusa Tenggara Barat tanggal 20 sampai 22 bulan Oktober yang lalu.

Di hadapan para rektor PTKIN, para pejabat di kementerian agama yang hadir yakni Bimas Islam, Bimas Kristen, Bimas Katolik, Bimas Hindu dan Budha, Gubernur Bali, serta hadirin peserta AICIS, Ramdani, mengajak untuk bersama-sama mengapresiasi kegiatan yang merupakan upaya untuk menghadirkan agama dalam kehidupan sehari-hari.

Mengawali sambutannya Ramdani menyampaikan, “Ibu dan Bapak, ijinkan saya menyampaikan permohonan maag dari Gus Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas, yang sedianya beliau hadir bersama kita, tapi karena ada sesuatu dan lain hal, ada sesuatu yang mungkin menyangkut hal yang sangat besar dan kemudian beliu menitip salam untuk saya dan hadiri sekalian.”

Dalam sambutannya, Ramdani menegaskan tentang tema yang diangkat dalam AICIS tahun ini. “Tajuk dari AICIS ke 21 ini bercerita tentang Future Religius in G20: Digital Transformation, Knowledge Management, and Social Resilience. Menurut ahli manajemen saat ini kita mengalami dinamika turbulensi budaya yang luar biasa. Kita mengalami ketidakpastian, sehingga kita menemukan lawan-lawan kata ketika kita menangkap konteks-konteks kehidupan. Sesuatu yang tetap pada hari ini adalah perubahan. Ibu dan Bapak, pada saat yang sama kita mengalami diamika yang disebut dengan compleksity, bahwa dunia kita bergerak dalam keadaan kompleks. Menyelesaikan satu persoalan bisa jadi memunculkan sepuluh persoalan. Menyelesaikan sepuluh persoalan, menyisakan dua permasalahan. Para ahli menajemen menyebutnya bahwa dunia hari ini adalah dunia yang serba tidak jelas. Dasar-dasar kebaikan dan dasar-dasar kebenaran menjadi bias. Dan oleh karenanya, Ibu dan Bapak, agama harus hadir. Agama yang pada dimensi awalnya untuk mempertautkan jiwa, tetapi belakangan agama menjadi pembeda antar manusia”

Apa yang disampaikan oleh Ramdani pada pembukaan AICIS di Bali sangat padat makna. Nur Ahid, salah satu professor IAIN Kediri yang turut hadir dalam acara pembukaan menyatakan “apa yang disampaikan Pak Ali Ramdani malam ini sangat padat, berbeda dengan apa yang pernah disampaikan sebelum-sebelumnya.”

Selain sambutan yang padat dari Direktur Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, pembukaan AICIS di Bali ini memperlihatkan nuansa yang sedikit berbeda. Ada tarian yang dengan sentuhan seni lintas agama yang disuguhkan kepada hadirin, ada Bali Document yang dibacakan sebagai dari rekomendasi kepada para pemuka agama, serta ada deklarasi solidaritas dan harmonisasi lintas agama, dan diakhiri dengan dialog tokoh agama. Turut hadir sebagai nara sumber adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Fatwa, Asrorun Ni’am.
Selain dihadiri oleh para pejabat di kementerian agama, utusan perguruan tinggi, AICIS di Bali ini juga dihadiri para dosen yang akan mempresentasikan makalah hasil-hasil penelitiannya. Dari IAIN kediri terlihat turut hadir dalam acara pembukaan adalah Rektor IAIN Kediri, Wahidul Anam, Ketua Senat Institut, Nur Ahid, Wakil Rektor 2, Muhammad Muhaimin, serta utusan lainnya.

Sumber : Humas IAIN Kediri
Penulis : Ropingi el Ishaq
Editor : –