Wakil Rektor I IAIN Kediri, Ahmad Subakir, menyatakan; salah satu fokus dari Kementerian Agama RI (Republik Indonesia) saat ini adalah agama jangan menjadi salah satu faktor perpecahan. Ia menilai, untuk menimbulkan perpecahan alat paling mudah dan paling rawan alatnya adalah agama.
“Kalau pemecah itu adalah ekonomi, sudah menjadi bahaya. Akan tetapi, tidak sebahaya ketika alat pemecah itu adalah sebuah faham keagamaan. Karena keagamaan itu adalah sebuah keyakinan yang nantinya bisa dibawa mati,” kata Ahmad Subakir dalam kegiatan pembukaan Pelatihan Kader Penggerak Islam Moderat di aula rektorat IAIN Kediri Senin (27/01/2020).
Acara yang diadakan oleh Ma’had Al-Jami’ah Darul Hikmah IAIN Kediri diikuti oleh 144 orang. Dari informasi yang diperoleh, peserta berasal dari Santri Mahad IAIN Kediri, mahasiswa dan santri yang berdomisili di sekitar Kediri. Dalam kegiatan ini, Mahad IAIN Kediri bekerjasama dengan Aswaja NU (Nahdlatul Ulama) Center Jawa Timur dan Yayasan Pondok Pesantren Syahamah yang berkantor pusat di Jakarta Timur. Pelatihan Kader Penggerak sendiri akan diadakan 27 Januari sampai dengan 14 Februari 2020.
Direktur Ma’had IAIN Kediri, Umar Faruq, menyampaikan bahwa fenomena radikalisme beragama merupakan hal utama yang mendasari diadakan kegiatan ini.
“Jika pola beragama yang semacam ini (radikalisme beragama) dibiarkan berkembang, itu akan membuat tatanan masyarakat yang disharmonis,” kata Umar Faruq yang ditemui sebelum pembukaan acara Senin (27/01/2020).
Umar Faruq menyampaikan, peserta akan dibekali materi tentang keislaman, kebangsaan, dan tentang bernegara. Melalui kegiatan ini, Ia berharap agar para peserta mampu menjadi teladan, penggerak Islam Moderat dan perekat di tengah penduduk Indonesia yang beragam. (as)