IAIN Kediri Newsroom — IAIN Kediri menggelar prosesi wisuda gelombang 2 tahun 2022 pada Sabtu (03/09/2022) di Insumo Kediri Convention Center. Pada prosesi wisuda kali ini, IAIN Kediri mengundang Abdurrahman Mas’ud yang merupakan Guru Besar UIN Walisongo Semarang untuk memberikan orasi ilmiah.
Guru Besar yang pernah memangku jabtatan sebagai Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI ini mengingatkan kepada para wisudawan serta hadirin terkait salah satu ajaran utama dalam Islam yang berkaitan dengan pendidikan, yakni iqra’ dan uswatun khasanah atau role model.
Abdurrahman Mas’ud yang merupakan peraih beasiswa Fulbright Amerika Serikat ini menyatakan bahwasanya pengajaran di Indonesia masih dianggap sebagai rutinitas kehidupan yang minim tantangan bagi pelaku pendidikan. Terlebih, Abdurrahman Mas’ud masih melihat kurangnya role model atau uswatun khasanah dari para pelaku pendidikan.
Di sisi lain, peserta didik juga terlihat masih kurang mandiri dalam belajar. Banyak mahasiswa yang pasif saat berada di kelas, enggan untuk bertanya dan hanya ‘menerima’ materi pembelajaran. Ini juga yang mungkin menyebabkan peserta didik sulit untuk mengekspresikan pemikiran, argumen, atau pendapat mereka.
Iqra’ yang disebutkan di awal bahasan berkaitan dengan minat baca masyarakat Indonesia yang masih tergolong sangat rendah. Hal ini cukup memprihatinkan karena mengindikasikan pengabaian masyarakat Indonesia terhadap ayat Al-Quran tersebut. Sedangkan di negara barat, kebiasaan membaca cukup luar biasa.
“Akar utama masalah pembelajaran dunia Islam adalah abainya umat terhadap perintah iqra’. Pusat intelektualisme sudah lama pindah dari dunia Islam karena budaya ini tidak dinomorsatukan lagi oleh umat meski merupakan perintah pertama Pencipta jagat akhirat,” terangnya.
Profesor yang juga merupakan Ketua Umum Asosiasi Dosen Pergerakan (ADP) ini menuturkan bahwa perpustakaan di negara barat sangat mendukung peningkatan minat baca dan belajar masyarakat. Ia menyampaikan bahwa perpustakaan di sana membuka jadwal pelayanan hingga lewat tengah malam.
“Yang tidak kalah penting adalah menjadikan perpustakaan sebagai pusat pendidikan dan pembelajaran. Kita sering lupa bahwa jantung kampus adalah perpustakaan,” ucap Profesor yang hobi bermain badminton ini.
Untuk itulah, menurutnya diperlukan beberapa upaya perubahan kondisi akademis di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah dengan mengembangkan kemampuan akademik secara komprehensif, meningkatkan atmosfer akademik yang mendukung, serta mengedepankan pelaku pendidikan baik dari sisi tenaga pendidik dan peserta didik sebagai role model.
“Pendidik yang berhasil adalah tokoh panutan yang bisa melahirkan peserta didik yang cinta baca, membudayakan iqra’, dan belajar mandiri serta semangat meneliti,” tuturnya sembari menutup orasi di hadapan wisudawan IAIN Kediri.
Untuk diketahui, sebanyak 750 wisudawan resmi dikukuhkan oleh Rektor IAIN Kediri, Wahidul Anam, pada wisuda kali ini. Dari total jumlah wisudawan tersebut, 442 di antaranya mendapatkan gelar cumlaude sebagaimana disampaikan oleh Wakil Rektor I IAIN Kediri Ahmad Subakir pada pembacaan laporan akademik.
Sumber: Humas IAIN Kediri
Penulis: Zuhrufi Latifah
Editor: Ropingi el-Ishaq