Hari ini, Rabu (21/08) merupakan hari kedua Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri setelah diadakannya Pra-PBAK pada Senin (19/08) di sport center IAIN Kediri. Setelah apel pagi 3.000 mahasiswa baru IAIN Kediri mendapatkan materi tentang “Islam dan Narasi Anti Hoax” yang disampaikan langsung oleh Ketua PBAK 2019 IAIN Kediri, Khaerul Umam.
“Mahasiswa IAIN Kediri jangan sampai terbawa oleh informasi-informasi yang tidak benar apalagi ikut menyebarkan berita bohong atau hoax. Kesukaan bermain media sosial jangan langsung membuat kita men-share berita-berita tidak jelas,” kata Khaerul Umam. Dia mengatakan, penting untuk memilah-milah berita dan menyaringnya sebelum membagikan informasi atau berita.
Materi kedua adalah tentang, “ Menangkal Radikalisme di Kampus”, yang disampaikan oleh Ruchman Bashori, Kepala Seksi Kemahasiswaan Subdirektorat Sarana, Prasarana dan Kemahasiswaan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama. “Kita harus cermat dan berhati-hati dalam menghormati nilai-nilai kebebasan berpendapat dan berdemokrasi karena melalui hal tersebut faham-faham yang bertentangan dengan ajaran agama bisa masuk,” katanya di sport center IAIN Kediri.
Bersama Wakil Rektor III, Wahidul Anam, dan Wakil Ketua PBAK 2019 IAIN Kediri, Zuhri Humaidi, Ruchman Bashori menyanyikan lagu “Ya Lal Wathon” di atas panggung bersama dengan 3.000 peserta PBAK IAIN Kediri 2019. Dikutip dari buku pedoman PBAK 2019 IAIN Kediri, dari Setara Institut, ada 10 perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia yang terpapar oleh faham Islam radikal. Terdapat nama-nama kampus ternama yang ada di Indonesia yang terpapar faham tersebut. Dua di antara PTN itu adalah perguruan tinggi di bawah naungan Kementerian Agama. (as)