IAIN Kediri – Guru Besar IAIN Syekh Nurjati Cirebon, H. Maksum Mukhtar mengatakan, masa Renaisans menganggap bahwa ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang dihasilkan oleh indra atau sekarang lebih dikenal dengan positivisme. Pada masa itu membuat segala sesuatu yang bersifat emosinal atau rasa ditinggalkan. “Agama termasuk bagian dari yang rasa itu. Sebab itu menyangkut keyakinan, bukan menyangkut rasional,” kata Maksum Mukhtar di Gedung Pascasarjana IAIN Kediri, Jumat 25 Oktober 2019.
Ia menyampaikan, hasil akhir dari ilmu pengetahuan bukanlah produksi akan tetapi keimanan. Hadirnya positivisme membuat manusia sombong, merasa bahwa yang membuat pengetahuan adalah dirinya bahkan meniadakan adanya Tuhan.
“Naquib Al-Attas itu kemudian ingin menggugat. Kalau begitu caranya sampai kapanpun manusia tidak akan mengakui Tuhan. Karena dia memisahkan antara yang empiris ini, dari penciptanya,” kata Maksum Mukhtar menjelaskan kepada peserta Studium General Pascasarjana IAIN Kediri.
“Kita menjawab ilmu pengetahuan hanya sampai apa, tidak menjawab bagaimana atau mengapa,” kata Maksum Mukhtar. Menurutnya, hal tersebutlah yang membuat tertinggal dari ilmu pengetahuan modern. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Maksum Mukhtar dalam kegiatan Studium General bertemakan Integrasi Ilmu Agama dan Sains dari Teori ke Aksi.
Direktur Pascasarjana IAIN Kediri, Nur Ahid, mengatakan agar mahasiswa pascasarjana yang hadir dapat menyimak dan memahami materi yang disampaikan oleh Guru Besar IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Maksum Mukhtar.
Menurut Direktur Pascasarjana IAIN Kediri, Nur Ahid, berbicara integrasi ilmu Al quran sangat lengkap membahas tersebut. Banyak penemuan ahli masa kini yang sebenarnya Al quran telah membicarakannya ribuan tahun yang lalu.
“Sesungguhnya ilmu umum dan ilmu agama itu saling berkaitan,” tutur Direktur Pascasarjana IAIN Kediri, Nur Ahid, dalam sambutannya di acara studium general. (as)