The Blog

IAIN Kediri Newsroom – IAIN Kediri menggelar penguatan wawasan moderasi beragama bagi para calon pegawai negeri sipil (CPNS) IAIN Kediri pada Minggu (12/09/2021). Acara yang dilaksanakan di Viva Hotel Kediri ini menghadirkan narasumber Pendeta Timotius Kabul, Wakil Rektor I Ahmad Subakir, dan Kasubdit Kelembagaan dan Kerjasama Diktis Kemenag Muhammad Adib Abdushomad.

Ahmad Subakir selaku Wakil Rektor I IAIN Kediri mengawali pembukaan acara ini dengan menjelaskan pentingnya para calon aparatur sipil negara melalui tahapan-tahapan yang telah ditentukan. Beliau juga menekankan pentingnya seluruh ASN di lingkup Kementerian Agama agar memahami bahwa agama Islam dikembangkan secara moderat. Menurutnya, inilah salah satu alasan diadakannya program penguatan moderasi beragama ini.

Selanjutnya, Rektor IAIN Kediri, Nur Chamid, menyatakan bahwa konsep moderasi beragama sesungguhnya telah sejalan dengan visi IAIN Kediri. “Sebagai PNS kita harus menyadari bahwa kita hidup di alam Indonesia yang demikian plural, sehingga visi kita untuk lembaga ini adalah unggul bertaraf internasional dalam pengembangan keilmuan, keislaman, dan keindonesiaan itu jadi satu. Jangan sampai Anda cakap dalam bidang keislaman tapi bidang keindonesiaannya justru kurang, atau pun sebaliknya. Maka yang kita inginkan adalah orang-orang berkualitas tinggi untuk memahami ini sebagai konsep visi kita,” jelasnya.

Acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Pdt Timotius Kabul yang menjelaskan tentang pentingnya Forum Kerukunan Umat Beragama dalam pelaksanaan moderasi beragama. Menurutnya, kerukunan umat beragama dapat tercapai untuk mewujudkan pluralisme beragama dalam konteks Indonesia apabila setiap pribadi mau melakukan keyakinannya dengan penuh ketaatan, saling mengasihi yang satu dengan yang lain, saling menciptakan kerukunan bagi semua bangsa dan negara, serta saling menciptakan perdamaian bagi lingkungannya.

“Keyakinan boleh beda, namun kemanusiaan kita sama. Inilah mengapa sangat penting untuk merajut persaudaraan dan kerukunan antarumat beragama,” ungkap pendeta yang sempat menjadi Ketua Umum Gereja Baptis Indonesia ini.

Narasumber lain yang hadir yaitu Muhammad Adib Abdushomad. Selaku Kasubdit Kelembagaan dan Kerjasama Diktis Kemenag ia menekankan masalah penguatan moderasi beragama pada lembaga pendidikan tinggi keagamaan Islam. Menurut Adib, ada beberapa hal yang menyebabkan moderasi beragama cukup penting untuk diterapkan di Indonesia, salah satunya adalah adanya tren lulusan perguruan tinggi umum yang cenderung membawa pemikiran keislaman yang cenderung kaku dan tekstual. Hal ini menyebabkan ketegangan di antara komunitas Islam.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka muslim yang bersikap moderat sangat diperlukan. Untuk dapat membangun pemikiran moderat tersebut, beberapa cara yang dapat dicapai adalah dengan menggunakan pengaruh kebijakan, struktur sosial, dan organisasi muslim melalui pendidikan dan beasiswa. Untuk itulah peran perguruan tinggi di bawah naungan Kemenag dan Kemendikbud perlu berkolaborasi untuk dapat mengintegrasikan ilmu pengetahuan Islam dan umum secara komprehensif. Hal ini juga dapat dilakukan dengan pembangunan pesantren di lingkup perguruan tinggi umum.  Bagi diaspora dapat menyediakan jaringan dan kolaborasi berbagai aktivitas untuk mempromosikan Islam Nusantara dalam bidang budaya, program sosial serta pendidikan.

Sumber: Humas IAIN Kediri

Penulis: Zuhrufi Latifah

Editor: Ropingi el-Ishaq