IAIN KEDIRI. Tugas seorang dosen adalah menjalankan tri dharma perguruan tinggi secara utuh. Meskipun hal itu sulit. Ada dosen yang rajin mengajar tapi lemah dalam pengabdian masyarakat. Ada dosen yang rajin melakukan pengabdian masyarakat, tetapi lupa mengurusi kenaikan pangkatnya. Begitu kata Prof. Dr. Abdul Mujib, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat menjadi nara sumber hari Kamis (19/12/2019) di Aula Lantai 3 Gedung Fakultas Ushuluddin dan Dakwah.
Dosen seharusnya dapat menghasilkan karya penelitian yang bisa dijual kepada pihak luar, misalnya perusahaan. Untuk itu, akan lebih baik jika dosen-dosen di Fakultas Ushuluddin dan Dakwah dapat melakukan penelitian yang bersifat multidisplin. Misal kajian tentang kesabaran, ketaqwaan, dan lain-lain dari berbagai perspektif, papar Abdul Mujib dalam Acara Workshop Penguatan Metode Kualitatif dan Kuantitatif dalam Kajian Keislaman.
Hampir setiap kebijakan diambil berdasarkan penelitian kuantitatif. Jika IAIN Kediri tidak memiliki hasil-hasil penelitian kuantitatif, maka akan sulit dapat diterima oleh instansi lain, lanjutnya di hadapan para 50 peserta yang terdiri dari para dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi suatu karya ilmiah, yakni manfaat, obyektif, rasional, kritis, baru, dan unik. Obyektif artinya benar sesuai dengan obyek yang ada. Rasional artinya kebenaran sesuai dengan nalar akal manusia. Baru dan unik artinya tidak sama dengan yang sudah ada dan memiliki perbedaan dalam obyek formalnya. Begitu Abdul Mujib memberikan penjelasan secara detail kepada para peserta yang tampak serius mengikuti materinya.
Lebih dari itu, Abdul Mujib menjelaskan bahwa perkembangan ilmu harus dilakukan dengan pendekatan interdisipliner, multidisipliner, atau transdisipliner. Beberapa pendekatan inilah yang akan menghasilkan pengetahuan baru. Pendekatan ini dapat diibaratkan, jika laki-laki dikawinkan dengan laki-laki tidak akan mengasilkan generasi. Perempuan dikawinkan dengan perempuan juga tidak akan menghasilkan generasi. Tetapi laki-laki dikawinkan dengan perempuan, maka akan menghasilkan generasi baru. Dalam tradisi keilmuan, misalnya, untuk memahami term akil balligh, perlu kajian dari pendekatan figh, sosiologis, dan psikologis. Dari pendekatan-pendekatan ini akan menghasilkan pengetahuan baru sesuai dengan situasi dan kondisi perkembangan masyarakat. Sementara itu, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah menyampaikan bahwa kegiatan worksop ini diselenggarakan “agar implementasi visi integratif semakin jelas dalam (pengelolaan) penelitian dosen dan mahasiswa, khususnya dalam skripsi mahasiswa”. (Edt)