The Blog

Oleh:

Dr. H. Wahidul Anam, M.Ag.

Rektor IAIN Kediri dan Ketua Kloter SUB 31 tahun 2023

Beragam pujian disematkan ke penyelenggara haji tahun 2024, Kementerian Agama. Selain mencetak sejarah, juga berani mengambil langkah-langkah taktis yang inovatif. Tidak dapat ditampik, keberanian Menag yang disertai dengan human capital petugas haji mampu menciptakan ketenangan jemaah. Bisa dibilang, tahun ini adalah tahun keemasan yang sulit dicapai. Dengan jumlah jemaah tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya, ditambah penambahan quota khusus dan regular, resiko mampu diredam, bahkan tanpa error yang berarti.


Data menunjukan, melalui sistem komputerasasi haji terpadu, angka kematian tahun 2024 sangat minim di bawah rasio wajar. Tahun 2023, jemaah meninggal mencapai 313 orang, sementara tahun ini berjumlah 193 orang dengan rasio jemah hampir berlipat. Dari jumlah jemaah haji yang wafat tersebut, didominasi oleh lansia dan usia tua, yang menurut Media Center Haji (MCH) termasuk usia rentan. Tentu pencapaian ini bukan prestasi yang perlu diapresiasi secara berlebihan, namun fakta berbicara sebagai gambaran nyata bahwa dedikasi Menag dan petugas haji bergerak cepat di atas rata-rata.


Jika ditilik lebih jauh, beragam sejarah tercipta. Bisa kita lihat, semisal pertama, angka jemaah haji dengan rasio 241 orang dan hanya wafat 193 orang, adalah angka terkecil yang tidak mampu disamai oleh negara lain ketika dipresentasekan. Kedua, di tengah cuaca ekstrem yang menimpa Arab Saudi sampai menapai 48 derajat celcius, lansia dan usia tua mampu bertahan melalui terbosan mitigasi resiko dan akselerasi waktu yang digagas oleh Menag. Ketiga, Indonesia mendapat pelimpahan quota 20.000 terbanyak kedua setelah setelah India, namun total Indonesia terbanyak, namun mampu sukses. Rentetan keberhasilan inilah yang sepintas selaras dengan tranding note aneh tapi nyata.


Inovasi Akurat


Tahun 2024, Menag di bawah komando Yaqut Cholil Qoumas (Gus Men) melakukan inovasi hebat yang belum dilakukan sebelumnya. Bahkan juga belum ada negara yang seberani Indonesia. Namun efeknya luar biasa, inovasi Gus Men berjalan taktis, kompak dan maksimal. Inovasi-inovasi tersebut adalah:


Pertama, percepatan lalu lintas Murur. Murur adalah pendorongan sebagian jemaah haji yang teridenfikasi rentan seperti lansia dan kaum difabilitas, langsung dari Arafah ke Mina tanpa melakukan mabit (bermalam). Murur dilakukan saat berada di Armuzna (Arafah, Muzdalifah dan Mina). Langkah pendorongan tersebut, berangkat dari inisiasi Menag untuk mencegah adanya gangguan fisik akibat cuaca ekstrem dan memimalisir resiko gelaran haji.
Ikhtiar Murur bahkan dipuji oleh pemerintah Arab Saudi, pasalnya skema ini bisa menghindari kelelahan jemaah saat di puncak haji. Tercatat dari informasi biro haji Arab Saudi, jumlah jemaah haji Indonesia yang meradang sakit menurut drastis dan mayoritas sehat. Skema murur dapat mengurangi aktifitas jemaah di luar, seperti ibadah-ibadah sunnah. Karena orang Indonesia di tahun-tahun sebelumnya, kerap beribadah sunnah, namun saat ibadah wajib kondisi fisik sakit. Murur menjadi skema tepat menghindari kerentanan.


Kedua, kehebatan petugas haji. Petugas haji (PPIH) dapat dibilang tangguh dan dahsyat. Menag tahun ini memang memberikan perhatian besar terhadap lansia dan usia rentan, melalui penyiapan tenaga PPIH yang tanggap dan akselerated ketika ada masalah insidental. Topik ramah lansia, layak disandangkan sebagai topik utama pada pegelaran haji tahun ini, sebabnya, sedari awal Menag mengerahkan PPIH untuk fokus kesana, berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, dimana masalah banyak diciptakan dari kalangan ini. Prioritas utama PPIH adalah kaum lansia.
Tiga pola tolak ukur yang ditegaskan oleh Menag merekrut PPIH, yaitu tanggap, bertalenta dan tangguh. Tolak ukur ini dipilih bukan tanpa alasan, Menag meyakini bahwa PPIH tidak hanya pandai agama, melainkan juga punya rasa empati terhadap jemaah lansia tanpa pandang bulu. Ramah lansia, berarti seluruh tenaga dikerahkan untuk melayani secara optimal para lansia, karena yang membutuhkan bantuan khusus.


Ketiga, keberanian menggunakan tekhnololgi terbaru. Satu lagi terobosan Menag yang patut diapresiasi, yaitu penerapan dua aplikasi canggih yang dapat merespon persoalan haji dengan cepat dan langsung ditindaklanjuti, yaitu aplikasi kawal haji dan fast track. Kebiajakan yang inovatif, lahir dari adanya cercaan dan persoalan yang sering terjadi di tahun sebelumnya. Dua aplikasi ini dijalankan secara tracking dan updating dimana koneksi antara jemaah, PPIH dan Menag dapat terjalin cepat, dan langsung diberi solusi bersama-sama jika terjadi masalah.


Ketiga inovasi inilah yang menjadi roket keberhasilan penyelenggaraan haji tahun 2024, terobosan berani yang dilakukan Menag. Jika dianalisa, ketiga inovasi tersebut mirip bangunan piramida di Mesir. Lanskip ujung piramida adalah Kemanag yang senantiasa memayungi, mengontrol dan memberikan signal. Ujung kanan piramida adalah PPIH yang selalu bergerak cepat mendorong lansia dan usia rentan, sebagai titik balik di lapangan. Dan, pada ujung kiri piramida adalah aplikasi digital yang berperan sebagai flayer jembatan penyanggah permasalahan, untuk menghasilkan kenyamanan dan ketenangan jemaah haji.