IAIN Kediri Newsroom – Pada 22-23 November 2023 mahasiswa Program Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri, Nur Maria Setyorini, berkesempatan memaparkan hasil riset dalam kegiatan Intersectoral Collaboration for Indigenous Religions (ICIR) 2023 di UNS Solo. Nur Maria Setyorini berpartisipasi dalam kegiatan Intersectoral Collaboration for Indigenous Religions (ICIR) 2023 di UNS Solo setelah melalui beragam proses seleksi naskah yang ketat.
Pada kesempatan tersebut, Nur Maria Setyorini yang merupakan mahasiswa SAA semester 7 memaparkan hasil risetnya tentang “Sawur Tradition in the Funeral Process of Bodies Islamic Society from the Perspective of Sacred Theory and Profane Emile Durkheim”. Maria menjelaskan bahwa tradisi sawur memiliki kaitan dengan teori Emile Durkheim, yaitu sakral dan profan. Sakral yakni berkaitan dengan yang adikodrati, sedangkan profan sifatnya di luar adikodrati. Tradisi sawur yang terdiri dari tiga komponen (beras kuning, bunga dan uang koin) akan bermakna sakral jika digunakan ketika upacara kematian sebagai bentuk sedekah kepada makhluk lain dan simbol agar mayit mendapat ampunan dari Allah swt. Sedangkan tiga komponen tersebut tidak memiliki kesakralan atau kesucian tertentu jika di luar upacara kematian (dalam hal ini tradisi sawur). Ini dikarenakan beras kuning, bunga dan koin hanyalah benda-benda biasa yang dapat digunakan oleh masyarakat sebagaimana mestinya.
Intersectoral Collaboration for Indigenous Religions (ICIR) merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan setiap tahun. Pada tahun 2023 ini, ICIR merupakan kegiatan yang ke-5 dengan mengangkat tema “Democracy of the Vulnerable”. ICIR ke-5 terus mengkaji secara kritis ide dan praktik demokrasi. ICIR ke-5 juga bertujuan untuk mengatasi peningkatan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2024 dan pemilu yang telah menunjukkan bagaimana wacana dan ruang demokrasi didominasi oleh narasi yang berfokus pada demokrasi elektoral yang mendukung kepentingan politik dan elit ekonomi.
Kegiatan ICIR ke-5 tahun 2023 ini terselenggara atas kerja sama berbagai pihak yang secara intens terlibat di dalamnya di antaranya adalah PUI Javanologi, Pusat Kajian Jawa UNS, Universitas Gajah Mada, Universitas Paramadina, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Asosiasi Studi Agama Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Conventry University, Unversity of Oslo, LKiS, Komas Perempuan, serta berbagai pihak lainnya sebagai partner dalam kegiatan ICIR 5 2023.
Selain kegiatan panel sesion, kegiatan ini juga menghadirkan beragam narasumber dari berbagai latarbelakang keilmuan, di antaranya Sulistyowati Irianto (Professor of Legal Anthropology, Faculty of Law, University of Indonesia), Dewi Kanti (Commissioner of the National Commission on Violence Against Women), Tommy Indriadi (Member of indigenous community alliance of the Nusantara), Samsul Maarif (Head of MA program of the Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS), Graduate School, Universitas Gadjah Mada), Herlambang P. Wiratraman (Lecturer at Faculty of Law, University of Gadjah Mada), Mohammad Iqbal Ahnaf (CRCS UGM), Leonard C. Epafras (ICRS UGM), Asfinawati (YLBHI), Uli Parulian Sihombing, Zainal Abidin Bagir (Head of the Religious and Cross- Cultural Studies Program, Postgraduate School, Gadjah Mada University), Johanna Purba dan Erasmus Napitupulu.
Kontributor: Riyadus Solichin
Editor: Ropingi el-Ishaq