The Blog

IAIN Kediri Newsroom – Teliti Kitab Adabul Muasarah, dosen fakultas Syari’ah IAIN Kediri, Sheila Fakhria, presentasi di forum Annual International Conference Islamic Studies yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kementerian Agama Republik Indonesia bekerja sama dengan UIN Sunan Ampel Surabaya, Rabu siang (03/05/2023) bertempat di Ruang KH. Mahrus Aly Tower.

Di hadapan pembahas dan audien, Sheila menjelaskan bahwa literasi di pesantren masih menempatkan perempuan sebagai kelas dua, khususnya dalam kajian fiqh wanita atau hubungan suami istri. Beberapa kitab yang berkaitan dengan hubungan suami istri diajarkan di pesantren, seperti Uqudul’ujain Fii Bayaani Huquuqu al-Zaujaini, Qurrat al-‘Uyun, dan Fath al-Izar. Fenomena ini menarik minatnya untuk melakukan kajian terhadap referensi yang digunakan oleh pesantren terkait dengan kesetaraan gender. Selain ketiga kitab di atas, ada kitab yang berisi tentang nasihat-nasihat perkawinan berjudul Adab al- Muasaroh Baina al-Zaujaeni litahshili al-Sa’adah al-Zaujiyah al-Haqiqiyah yang disusun oleh KH. Yasin Asmuni. Dalam kitab tersebut dijelaskan tentang etika hubungan suami istri dalam membina keharmonisan keluarga.

Hasil kajian tentang kitab yang ditulis oleh KH. Yasin Asmuni menjelaskan bahwa dalam keluarga perlu ada ruang yang sama antara suami dan istri dalam membangun hubungan rumah tangga. Tidak dipungkiri, dalam kitab tersebut masih banyak menggunakan istilah yang bersifat patriarkhi, seperti mendefinisikan perempuan sebagai manusia yang kurang akal dan emosi yang membuat laki-laki lebih unggul dari perempuan dalam beberapa hal. Meski demikian, dalam kitab tersebut telah memberikan sudut pandang berbeda dan terbuka karena mendorong suami untuk lebih banyak mengerti tentang karakteristik istri, menghargai, dan memberikan sentuhan pergaulan yang menyenangkan, baik dalam hubungan secara umum maupun secara khusus.

Pemahaman tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti latar belakang penulis kitab. Menurut Sheila, KH. Yasin Asmuni memiliki kultur terbuka sehingga lebih adaptif terhadap perkembangan budaya. “Beliau lulusan lirboyo, dari tsanawiyah sampai rabithah. Pastinya terpengaruh dengan budaya patriarki. Hanya saja, menurut penulis, beliau lebih adaptif terhadap zaman,” jelasnya.

Meski kajian yang dilakukan oleh Sheila terkait gender tidak sendiri, artinya ada tema lain yang mirip pada saat presentasi, tetapi paparan tentang hasil penelitian ini memantik perhatian panelis, pembahas, dan juga audien yang mayoritas laki-laki. Apalagi isu tentang gender juga sedang menghangat seiring dengan munculnya fenomena shaf shalat perempuan di tengah laki-laki.

Sumber : Humas IAIN Kediri
Penulis : Ropingi el Ishaq
Editor : –