Pemantik: DR. H. AHMAD SUBAKIR
Rabu, 17 Oktober 2018, bertempat di Ma’had al-Hikmah IAIN Kediri, Jare Institute kembali menyelenggarakan lanjutan diskusi ‘Ngaji Epistemologi’ sesi 2, dengan pemantik diskusi Dr. H. Ahmad Subakir, M. Ag.
Intelektual yang sekaligus menjabat Wakil Rektor 1 IAIN Kediri tersebut lebih memfokuskan pada bagaimana membingkai kebhinekaan sebagai akar budaya Kediri. Kediri adalah wilayah dengan peradaban masa lalu yang mengangumkan. “Sejak dulu Kediri dapat dikatakan sudah beradab dan maju, termasuk dalam urusan ilmu. Sri Aji Joyoboyo contohnya. Bukankah saat ia meramal apa yang akan terjadi, ramalannya tersebut dapat dikatakan ilmu?,” papar Subakir membuka presentasi.
Salah satu akar budaya Kediri yang sejak masa lalu sangat kuat adalah sikap dalam melihat perbedaan. “Semuanya tidak dapat dipaksa untuk sama. Tapi, masyarakat Kediri sudah terbiasa dalam menghadapi hal yang berbeda. Dan itulah akar budaya kita,” tambahnya.
Selain membahas persoalan kebhinekaan, Khaerul Umam, salah satu peserta diskusi menanyakan bagaimana arah epistemologi keilmuan IAIN Kediri ke depan. Pertanyaan tersebut lahir dari kritik dalam diskusi edisi sebelumnya, di mana PTKIN cenderung mengabaikan epistemologi ‘Irfani sebagai salah satu corak epistemologi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Menjawab persoalan itu, Subakir, dalam kapasitasnya sebagai intelektual menyatakan bahwa “Harus diakui sampai saat ini kita masih dalam proses mencari distingsi keilmuan IAIN Kediri. Seperti yang sudah saya sampaikan di awal, Kediri mempunyai modal besar untuk menemukan itu. Saya sangat berharap, kalian (dosen-dosen muda, red.) dapat berkontribusi dalam menemukan arah keilmuan kampus kita tercinta.”
Diskusi dipandu oleh Direktur Jare Institute, Zuhri Humaidi. Dalam diskusi juga timbul perdebatan perihal fungsi wacana dalam perubahan sosial. Bagi sebagian orang, wacana biasanya hanya dianggap ‘hanya’. Dalam arti lain, wacana diposisikan tidak penting, apabila wacana tersebut tak dapat dipraksiskan.
Namun demikian, dalam diskusi disepakati bahwa wacana tak dapat dimaknai ‘hanya’, wacana adalah salah satu faktor utama dalam proses perubahan sosial. Wacana dapat mempengaruhi sikap dan cara pandang seseorang. Jadi, apabila ada orang yang menganggap bahwa wacana tidak penting, berarti ada yang salah dengan cara pandang orang tersebut.
Sesuai jadwal, diskusi diakhiri jam 15.30. Dalam pertemuan berikutnya, Jare Institute masih akan mengusung tema ‘Ngaji Epistemologi’. Untuk tanggal dan pemantik diskusi, kami akan informasikan dalam waktu dekat [].